Keadaan ekonomi yang kalut telah menyebabkan kehidupan sosial kemasyarakatan juga menyedihkan. Banyak rakyat kecil yang menderita. Sedang pihak-pihak tertentu ada yang memperkaya diri. Kelompok yang merasa memiliki kesempatan tidak segan-segan korupsi. Timbullah kelompok orang-orang kaya. Dengan demikian timbul perbedaan antara si kaya dan si miskin.
Kehidupan masyarakat ditandai dengan pertentangan terutama antara kelompok komunis dengan orang yang bukan komunis. Hal ini terasa sekali di daerah pedesaan. Komunis dengan BTI (Barisan Tani Indonesia)-nya telah melancarkan berbagai propaganda, menghasut masyarakat agar menentang setiap tindakan pejabat yang dipandang sebagai antek Nekolim. Sehingga keadaan sosial menjadi tidak stabil.
Pengaruh budaya yang berasal dari pengaruh marxisme-komunis juga cepat menyusup dalam masyarakat. Hasil-hasil produksi dari RRC tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan pengiriman tenaga untuk memperdalam ilmu dan keterampilan pun umumnya ke Moskow dan Peking. Ini semua menunjukkan begitu besar pengaruh negara-negara komunis di Indonesia saat itu.
Bahkan banyak kebijakan Bung Karno yang justru dipengaruh oleh PKI. Begitu juga ajaran-ajaran Bung Karno kelihatan condong ke arah sosialisme-komunisme.
Pada masa itu, banyak pemusik-pemusik yang terpaksa ditahan karena menyanyikan lagu-lagu yang tidak disenangi oleh kelompok PKI. Kebebasan para seniman memang sangat terbatas. Dalam keadaan yang demikian lahirlah Manifesto Kebudayaan, yang menginginkan adanya kebebasan para seniman untuk mencipta.
Tetapi hal ini ditentang oleh PKI. Maka PKI mempengaruhi Presiden Soekarno untuk meniadakan Manifesto Kebudayaan tersebut. Ternyata presiden berhasil dibujuk, maka pada tanggal 8 Mei 1964 Manifesto Kebudayaan dilarang.
0 Response to "Kehidupan sosial budaya setelah dekrit presiden"
Posting Komentar