Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur

Kerajaan ini semula terdiri dari dua kerajaan, yaitu Kerajaan Goa dan Kerajaan Talo. Kemudian, keduanya bergabung menjadi Goa-Talo. Seperti telah dibahas secara ringkas di artikel Kerajaan Goa dan Talo, kerajaan ini bercorak Islam. Ibu kotanya di Sombaopu, sebuah kota pelabuhan transito di Sulawesi Selatan yang ramai.

Kerajaan ini oleh masyarakat luas dikenal sebagai Kerajaan Makasar, karena letaknya di kota Makasar yang sekarang bernama Ujung Pandang. Setelah bergabung menjadi Goa dan Talo, Raja Goa Daeng Manrabia menjadi Raja Goa-Talo dan bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan Raja Talo Karaeng Matoaya menjadi Perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan Abdullah.

Letak Goa-Talo sangat strategis, yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku. Oleh sebab itu pelabuhan ini banyak disinggahi kapal dagang, baik kapal yang akan ke Maluku atau sebaliknya. Hal ini membuata kerajaan tersebut berkembang menjadi maju dan penting. Banyak penduduk yang ikut terlibat dalam perdagangan rempah-rempah di masa itu. Pelabuhan Sombaopu dijadikan tempat pergudangan rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Para pedagang Jawa dan Malaka yang tidak sempat ke Maluku cukup mengambil rempah-rempah di sini.

Untuk itu, pelabuhan Sambaopu disebut sebagai "pelabuahan transito" (tempat transit/pemindahan barang). Berikut faktor-faktor penyebab kerajaan Goa-Talo berkembang menjadi pusat perdagangan:
  1. Letaknya strategis, yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku.
  2. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan baik.
  3. Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin.
  4. Jatuhnya Malaka ke tangn Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah.
  5. Haluan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan pengembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makasar.
  6. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo
Pada permulaan abad ke-17, ajaran Islam telah masuk ke Goa-Talo yang dibawa oleh para ulama yang berasal dari Sumatera. Goa-Talo mulai berkembang sejak pemerintahan Muhammad Said (1639-1653).

Kerajaan ini mencapai pundak kejayaan saat diperintah Sultan Hasanuddin. Wilayahnya hingga ke Bone dan Solor. Kegiatan penyebaran agama Islam pada masa kejayaan Goa-Talo berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan harus berhadapan dan beberapa kali bentrok dengan Belanda. Dengan alasan karena Belanda yang merasa berkuasa memonopoli perdangangan rempah-rempah di Maluku, dan menuduh perdagangan gelap.

Dengan alasan ini beberapa kali Belanda menyerang Goa-Talo (Makasar). Tetapi, rakyat Makasar dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dengan gigih melawannya, sehingga ia dijuluki "Ayam jantan dari timur".

Menghadapi tuduhan Belanda, Sultan Hasanuddin dengan tegas menyatakan pendiriannya bahwa Goa-Talo tidak mengakui monopoli perdagangan Belanda di Maluku. Pernyataan tersebut membuat Belanda naik pitam. Ketika Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang Hasanuddin karena wilayahnya yang dikuasai Goa-Talo, maka dengan cepat Belanda menyambutnya.

Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda mampu memaksa Goa-Talo menandatangani Perjanjian Bongaya (1677). Goa-Talo menyerah kepada Belanda.

Akibat penyerahan kepada Belanda ini, adalah sebagai berikut:
  1. Peranan Makasar sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Indonesia timur berakhir.
  2. Belanda menguasai Goa-Talo dan mendirikan benteng di Niew Rotterdam.
  3. Pejuang Makasar banyak yang pergi ke luar daerah untuk melanjutkan perjuangannya melawan penjajah Belanda. Para pejuang tersebut antara lain, Kraeng Galengsung dan Montemaramo yang pergi ke Jawa melanjutkan perjuangannya di Jawa.
Kebesaran Kerajaan Islam Makasar telah melahirkan raja yang besar seperti Sultan Hasanuddin. Karena keberaniannya, ia mendapatkan julukan "Ayam jantan dari timur". Apa makna yang terkandung dari julukan tersebut?

Berikutnya: Puncak kejayaan kerajaan Ternate

0 Response to "Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur"

Posting Komentar