Perubahan sosial politik peralihan abad XX Indonesia Modern

Menginjak abad ke-20, boleh dikatakan Indonesia mulai memasuki zaman modern. Pada saat itu peralihan dari akhir abad ke-19 ke permulaan abad ke-20 telah terjadi perubahan dalam kehidupan di bidang sosial dan politik. Ada dua perkembangan yang membawa ke arah terjadinya perubahan-perubahan tersebut, yaitu masuknya politik etis dan emansipasi wanita oleh R.A Kartini.

Politik Etis
Menginjak permulaan abad ke-20, Belanda mulai menerapkan politik baru dalam melaksanakan penjajahannya di Indonesia. Politik itu adalah Politik Etis atau Politik Membalas Budi. Penganjur politik ini adalah Van Deventer. Program pokok dari program ini adalah:
  1. Memperbaiki irigasi (pengairan)
  2. Memajukan edukasi (pendidikan)
  3. Mengadakan transmigrasi (perpindahan penduduk).
Namun, pelaksanaan politik etis tersebut ternyata tetap menindas dan merugikan rakyat Indonesia. Memperbaiki irigasi yang dimaksudkan memperbaiki pengairan tersebut ternyata perbaikan tersebut justru hanya untuk perkebunan-perkebunan atau tanah-tanah milik Belanda.

Sedangkan transmigrasi adalah pemindahan penduduk dari tempat yang padat penduduknya ke tanah-tanah perkebunan milik Belanda. Para penduduk dijadikan tenaga kerja demi keuntungan Belanda.

Hanya dari segi pendidikan ada keuntungannya. Maksud Belanda ingin mendidik pegawai pemerintah yang terampil dan murah, mau bekerja sama dengan Belanda. Tetapi ternyata menjadikan bumerang baginya, bersamaan dengan itu muncul pula kaum terpelajar atau cerdik pandai yang tetap setia terhadap perjuangan bangsa Indonesia.

Munculnya kaum cerdik pandai tersebut telah menumbuhkan kekuatan baru. Karena kaum terpelajar atau cerdik pandai itulah yang akan memelopori perjuangan bangsa Indonesia lebih lanjut, dalam usaha memperoleh kebebasan dan kemerdekaan. Kehidupan politik menjadi berkembang. Terjadilah perubahan dalam kehidupan sosial dan politik.

Para pelajar atau kaum cerdik pandai itu sadar bahwa dalam berjuang melawan penjajahan, perlu meningkatkan harga diri dan martabat bangsa, termasuk kaum wanitanya. Semuanya ini akan mendorong semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Dan untuk mengembangkan semangat nasionalisme itu, perlu adanya usaha-usaha tertentu, misalnya melalui pendidikan dan perkumpulan.

Emansipasi wanita
Perintis emansipasi wanita Indonesia adalah R.A. Kartini. Ia putri Bupati Jepara Raden Adipati Aria Sasraningrat. Lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara. Oleh ayahnya, R.A. Kartini dimasukkan ke sekolah Belanda, tetapi hanya sekolah rendah. Setelah ia masuk pingitan dan tidak diperkenankan melanjutkan sekolahnya. Ini adalah kehidupan sosial masa itu, wanita masih dipandang begitu rendah derajatnya.

Cita-cita Kartini yaitu ingin menjunjung tinggi derajat kaum wanita melalui pengajaran. Itulah sebabnya meski dipingit ia mengadakan semacam sekolah atau pengajaran kepada kaumnya. Ia telah memperjuangkan kebebasan dan persamaan hak bagi kaum wanita.

Kartini juga dikenal sebagai pelopor pergerakan wanita. Karena dialah putri Indonesia yang pertama kali memperjuangkan pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita. Kehidupan sosial mulai berubah, terutama di kalangan ningrat.

Walaupun Kartini sudah dipingit, tetapi surat-surat yang ditujukan kepada sahabat-sahabatnya tidak pernah berhenti. Surat-surat itu kemudian dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Tahun 1904 R.A. Kartini  meninggal dunia. Tetapi cita-citanya terus berkembang dan menjadi pedoman bagi segenap wanita Indonesia. Untuk mengenang jasanya, maka setiap tanggal 21 April kita peringati sebagai Hari Kartini.

Sebagai penerus perjuangan Kartini antara lain Dewi Sartika dari Jawa Barat. Ia lahir 4 Desember 1884 dan wafat pada tahun 1947. Dewi Sartika seorang yang tekun dan sabar untuk mendidik dan memberikan pengajran bagi kaum wanita.

0 Response to "Perubahan sosial politik peralihan abad XX Indonesia Modern"

Posting Komentar