Pemikir dan ulama Indonesia setelah Para Wali

Setelah Para Wali, di Indonesia terdapat banyak pemikir dan ulama seperti, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri dan Syekh Abdurrauf. Sekilas mari kita bahas dari masing-masing pemikir dan ulama tersebut.
1. Hamzah Fansuri
Ia adalah seorang ulama terkenal dari Aceh. Beliau juga seorang ahli ilmu tasawuf. Ajaran tasawuf yang mereka ajarkan disebut ilmu as Suluk, yang biasanya dilakukan dengan dzikir atau tarikat. Tujuan ilmu ini adalah memperoleh tenaga dalam (supranatural).

Ajaran ini mulai dikenal di Indonesia sekitar abad 16 dan 17. Para ahli tasawuf yang terkenal antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani, Nuruddin ar Raniri, Syekh Abdurrauf dan Walisongo di Jawa. Hamzah Fansuri menegaskan, ilmu tasawuf bukanlah tujuan dari agama Islam.

Hamzah Fansuri hidup semasa Kesultanan Iskandar Muda. Dengan dukungan dan perlindungan Sultan, perannya dalam penyebaran Agama Islam masa itu berkembang dengan pesat. Di samping ahli tasawuf, beliau juga ahli sastra. Untuk itu beliau banyak menyampaikan ajarannya lewat syair, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Melayu. Pengaruhnya sampai ke Malaysia dan Jawa.

2. Nuruddin ar Raniri
Nama lengkapnya adalah Nuruddin bin Hasanji bin Muhammad bin Humaid ar Raniri. Dia adalah ulama keturunan India, yaitu Ranir (Rander) di daerah Gujarat India. Nuruddin ini sebenarnya sudah banyak mengajarkan ilmu tasawuf. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, beliau kurang terkenal karena masih tertutup oleh ketenaran Hamzah Fansuri.

Nuruddin ar Raniri juga diknal sebagai seorang ahli sejarah. Beliau banyak menulis sejarah perkembangan Islam di Aceh. Beliau juga seorang filsuf yang telah banyak mempelajari kitab karya filsuf terkenal seperti Ibnu Arabi, Abdurrazak, al Kasyani, Najamuddin ar Razi, Abu Syukur as Salam, al Ghazali dan sebagainya.

Dia terkenal pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani. Beliau banyak menulis kitab, antara lain yang terkenal adalah Sirat al Mustakim dan Asror al Insan fi Ma'rifati al Ruh wal Rahman. Kitab-kitab ini terkenal sampai ke Malaysia.

3. Syekh Abdurrauf
Beliau seorang ahli fiqih (hukum Islam) dari Aceh, yang lahir tahun 1920 M di Singkel. Pada tahun 1942 ia pergi ke tanah Arab untuk menimba ilmu agama Islam selama 19 tahun. Gurunya yang terkenal adalah bernama Ahmad Kushashi. Setelah pulang, beliau lalu pergi ke Aceh tahun 1961 M, dan mendirikan pondok pesantren di muara sungai Aceh. Ajarannya dipusatkan pada ilmu Tasawuf Tarikat Syatariah yang terkenal hingga ke Malaysia.

Muridnya yang terkenal adalah Syekh Burhanuddin dari Ulakan Minangkabau yang kemudian dikenal sebagai pelopor Islam di Minangkabau. Karya Syekh Abdurrauf yang terkenal adalah tafsir Alquran dalam bahasa Melayu.

Para pemikir dan ulama Indonesia dengan penuh ketekunan menimba ilmu di negeri Arab, kemudian kembali dan mengabdikan ilmunya demi pembangunan bangsa tanpa pamrih. Apa yang harus kita lakukan setelah memperhatikan suri tauladan yang mereka berikan?

Berikutnya: Peninggalan sejarah Islam di Indonesia

0 Response to "Pemikir dan ulama Indonesia setelah Para Wali"

Posting Komentar